Hari ini Satu Pintu Surga Telah Ditutup untuk Anak-anaknya

05/05/24

ID :

ON : 1 USER

00:22 WIB

Home » Tutorial » Hari ini Satu Pintu Surga Telah Ditutup untuk Anak-anaknya

Cerita Motivasi Kehidupan

Siapa yang tak terenyuh saat menerima atau mendengar kata"Ibuku meninggal dunia hari ini"

Aku yang membaca SMS darinya saja sangat sedih. Bisakah kita bayangkan perasaan sang anak? Betapa sedihnya perasaan sang anak yang ditinggalkan untuk selamanya oleh seorang yang sangat ia sayangi dan di kasihi itu, yaitu ibunya. Beliau anak yang sangat berbakti dan taat pada ibunya.

Aku hadir di antara para pelayat yang ada di sana. Tampak wajah-wajah duka yang murung, sedih dan kehilangan di rumah duka ini. Air mata, isak tangis, kata-kata turut berduka cita silih berganti di ruangan ini.

Ada yang melantunkan ayat-ayat suci alqur'an, yassin dan doa. Sementara di sisi lain kerabat, tetangga dan handai tolan menyiapkan pemandian untuk jenazah. Ah, si anak baru saja menyiapkan kamar mandi yang mewah untuk sang ibu beberapa hari lalu, betapa pilunya pemandangan saat ini, hari ini sang ibu tersayang tak lagi mandi di kamar mandi mewah itu.

Sedangkan di ruang keluarga ada yang sedang menggunting kain putih yang akan digunakan sang ibu nantinya. Aku teringat hari raya idul fitri yang lalu ia membeli baju gamis untuk sang ibu, baju gamis untuk hari raya. Bagaimana tak terenyuh hati mendapati pemandangan hari ini.

Kini ibundanya telah terbungkus kain kafan dengan rapih. Itu bertanda sang ibu tak akan terlihat lagi untuk selamanya di dunia ini. Senyumnya, sapanya, nasehatnya, mencium tangannya bahkan lambaian tangannya tak akan pernah ada lagi.

Shalat jenazah bagi sang bunda juga sudah dilaksanakan. Kini kerandalah tempat sang bunda berbaring menuju liang kubur tempat pembaringan sang bunda tersayang.

Lalu di liang kubur itu sang anak menyiapkan bantal dari tanah untuk mendekatkan diri pada Allah. Sungguh sangat memilukan, saat ia pernah memilih bantal yang empuk untuk sang ibu belum lama ini.

Sesungguhnya ia kini sedang berusaha memberikan yang terbaik untuk sang ibu, karena dia tahu tinggal sebentar lagi sang ibu benar-benar hilang dari pandangan.

Saat jenazah di turunkan ke liang lahat, kemudian orang-orang seakan berlomba menimbunnya dengan tanah dan menyembunyikan sang ibu untuk selamanya. Tak ada lambaian tangan, tak ada senyum ibu seperti biasa bila ia berpamitan pada sang ibu, tak ada tatapan mata yang menyejukan hati, tak ada lagi mendengar kata doa yang tulus, panggilan yang penuh kerinduan, apalagi teguran halus yang penuh nasehat.

Tinggalah gema suara doa dan salam dari sang anak sendiri yang dia ucapkan saat dia berziarah nanti.

Sejak hari ini tak akan ada lagi kata cinta dari sang ibunda, iya tidak akan pernah ada lagi. Terasa tersayat dan tertusuk hati ini, kulihat adik-adiknya menahan tangis, karena mereka tahu tangisan itu tidak akan mengembalikan ibundanya lagi. Sesekali mereka mengusap air mata yang meluncur mendobrak kelopak matanya dengan ujung sorban, tisue dan saputangan.

Aku berpamitan pada sahabatku ini, karena aku harus melanjutkan aktifitas duniaku. Walau aku ingin berlama-lama menghiburnya, tapi ini tidak bisa aku lakukan.

"Hari ini satu pintu surga telah ditutup untuk anak-anaknya ."

Itu yang dia ucapkan saat aku berpamitan. Kalimat ini membuatku tersentak. Mengingatkan kelalaianku dan sangat membekas dalam hatiku. Mungkin kata-kata ini sangat sederhana untuk sebagian orang, tapi kata-kata ini cukup membuatku seakan terjaga dari mimpi tidurku yang panjang.

Sepanjang perjalanan aku terus mengurai tanya dalam hati.

Hai diriku, pernahkah engkau dengar panggilan dari pintu ini selama bertahun-tahun? Apakah aku sudah termasuk anak yang berbakti kepada ibu? Apakah aku pernah mendahulukan keinginan ibu dari pada yang lain? Apakah aku termasuk anak yang mampu merasakan betapa berharganya nikmat Allah yang satu ini? Pernahkah ibuku menghabiskan harinya dengan amarahnya padaku? Berapakali aku melukai perasaan ibuku?

Pertanyaan demi pertanyaan terus terurai silih berganti. Ada sesal yang teramat sangat dalam diri ini. Ada kesedihan yang tak dapat di ungkapan lewat kata-kata. Tak terasa menitik jua air mata penyesalanku.

Semoga Allah mengampuni atas kelalaian diri ini.
Semoga istiqomah untuk terus memperbaiki diri.
Semoga Allah memudahkan diri untuk menjadi anak yang berbakti.

Teringat saat ibu meminta melakukan sesuatu, memang bukan kata menolak dariku, tapi aku menjawab dengan kata "iya bu, nanti aku kerjakan."

Teringat saat ibu berpendapat, aku memang tidak menolak dengan pendapat ibu, tapi yang aku lakukan lebih mengutamakan pendapatku sendiri.

Benar aku tidak menolak permintaan ibu, tapi aku hanya melakukan sebagian saja.

Maafkan aku ibu, aku telah merasa berbakti padamu, aku telah merasa tidak durhaka padamu, aku telah merasa telah memperhatikanmu. Aku sadar ini adalah kesalahan yang sangat fatal. Ibu kau adalah pintu surga yang harus selalu ku jaga. Yah kata "hari ini satu pintu surga telah ditutup untuk anak-anaknya" menyadarkan diriku dan meruntuhkan kesombonganku. Semoga pintu maaf masih terbuka untukku. Aamiin.

Salam sahabat Maya

Kisah di atas hanyalah cerita hikmah, kisah motivasi. Semoga bisa diambil khikmahnya. Sekedar saling mengingatkan, yang pasti mengingatkan diri Maya sendiri.

Mohon maaf untuk kata yang tidak berkenan.

Tags: Cerpen

Judul Hari ini Satu Pintu Surga Telah Ditutup untuk Anak-anaknya
Author Diposting Oleh : Maya-Jeni Wap's 2016-09-04 22:44:02
Rating 3 / 5

Back to posts

Comments:

Ramona Jordan

2018-03-08 23:15:09

I discovered your Hari ini Satu Pintu Surga Telah Ditutup untuk Anak-anaknya - XtGem.com page and noticed you could have a lot more traffic. I have found that the key to running a website is making sure the visitors you are getting are interested in your subject matter. We can send you targeted traffic and we let you try it for free. Get over 1,000 targeted visitors per day to your website. Start your free trial: http://url.euqueroserummacaco.com/3ewon Unsubscribe here: http://xahl.de/q