Wajah-wajah lelah
Diantara debu kota yang berterbangan
Demi cinta pada yang menati penuh harap
Mengais rezeki untuk hari ini

Baju lusuh dan bau menyengat
Tetes keringat adalah semangat
Tak perlu kostum yang mengikat
Hanyalah tenaga yang terus di perkuat

Cangkul, palu, kuas dan pengerat
Adalah alat yang selalu melekat
Pasir putih dan semen bagai adonan yang nikmat
Kayu, batu, baja menjadi sahabat

Deru mesin bagai alunan musik
Abaikan suara yang berisik
Konsentrasi demi menjaga fisik
Kadang hardik menghentak membuat bergidik

Engkau adalah pejuang keluarga
Kau berjuang sekuat tenaga
Demi rupiah untuk anak isteri tercinta
Walau gajimu tak seberapa

Engkau adalah pejuang di masa ini
Bukan untuk mengusir kompeni
Berjuang demi hidup mandiri
Berkarya untuk negeri

Engkau adalah pejuang di masa kini
Walau tak sekolah tinggi
Karyamu patut di hormati
Gedung-gedung menjulang tinggi

Wahai pejuang masa kini meski hidupmu melarat
Namun jiwamu teramat kuat
Berkobar penuh semangat
Nuranimu sungguh terhormat

Lihatlah gedung yang teramat megah
Menjulang tinggi teramat kokoh
Bukan karya mereka yang angkuh
Bukan pula karya orang yang bodoh

Tangan-tangan kekar itu telah bekerja
Wajah-wajah lelah itu telah mencipta
Pemilik baju lusuh dan bau itu telah berupaya
Tutup mulutmu jangan kau cerca!

Bila kau merasa hebat
Jangan hanya menghujat
Bekerja dengan giat jangan hanya pandai mengumpat

Hai mulut nan berbisa
Kata-katamu sungguh hina
Tak perlu banyak kata
Tunjukkan karyamu yang kau bisa

Bicaramu kasar
Hidupmu gusar
Tuduhanmu gencar
Yang lemah engkau cecar

Kau perdaya bangsa sendiri
Saudaramu engkau musuhi
Sadarkah engkau telah menyakiti
Yang lemah dizalimi

Kau tertawa bahagia
Melihat saudaramu terluka
Sungguh engkau merasa kuasa
Menindas kaum papa

Tanyakan pada dirimu
Sudahkah engkau berkarya untuk negerimu?

Tanyakan pada hati nuranimu
Mengapa jiwamu hanya piawai menghina?

Tanyakan pada lisanmu
Apakah pantas kau banyak bicara?

Tanyakan pada ragamu
Kau gunakan untuk apa energi yang kau punya?