Polaroid
» » Aku Menyesal Terlambat Mengenalmu

Aku Menyesal Terlambat Mengenalmu

Cerpen Aku Menyesal Terlambat Mengenalmu

Aku Menyesal Terlambat Mengenalmu


Tia dan Tio menjadi sepasang kekasih yang sangat manis. Tio banyak membantu Tia dalam pelajaran sekolah. Sementara Tia dengan senang hati sesekali membawakan makanan untuk Tio. Karena Tio anak kos yang jauh dari kedua orang tuanya. Walau Tio tidak pernah meminta Tia untuk melakukannya, bahkan Tio pernah menolak karena Tio merasa tidak enak hati, Tia terlalu sering membawakan makanan untuknya. Tapi Tia tetap melakukannya karena Tio adalah kekasihnya juga temannya saat sedang senang apalagi sedang dalam kesedihan.

Pendek kata mereka saling membantu, memberi semangat dan saling menghibur.

Hari-hari di sekolah menjadi sangat berarti bagi Tio dan Tia. Hampir disetiap kesempatan dimana ada Tio disitu pula ada Tia. Hingga hubungan Tia dan Tio sudah menjadi pemandangan yang tak asing lagi bagi warga sekolah tempat Tio dan Tia bersekolah.

♥♥♥♥♥


Waktu terus berjalan dengan sangat menyenangkan, tak ada kendala yang berarti bagi hubungan kekasih Tia dan Tio. Meski ada pertengkaran-pertengkaran kecil tidak menyebabkan hubungan mereka merenggang, bahkan mereka makin takut kehilangan satu sama lain.

Kadang muncul candaan-candaan teman-teman mereka yang mengundang tawa dan senyum Tia dan Tio. Kadang juga membuat Tia tersipu malu.

"Kapan nih diresmiin, jangan lupa undang kita-kita ya.... Hahaha..." Mario menggoda Tia dan Tio yang sedang menikmati makan siangnya di kantin sekolah saat istirahat siang kedua.

"Tenang, Mario bakal jadi ketua panitia nanti." Timpal Tio dengan santainya.

"Apaan nih kak Tio..." Tia tersenyum malu.

"Eh ya, ini udah bulan Agustus, sekolah kita bakal mengadakan apa nih...?" Tanya Mario serius.

"Dua hari lagi kita rapat OSIS berekenaan dengan perayaan hari Kemerdekaan ini Mario." Kata Tio kemudian.

Tio sebagai ketua OSIS sebenarnya sudah merencanakan untuk rapat OSIS hari ini, tapi pembina OSIS ingin ikut hadir dirapat ini tanpa berwakil, maka diundur waktunya.

"Loh! Kok nggak besok aja Tio, lebih cepatkan lebih baik?" Tanya Mario.

"Sebenarnya mau diadakan rapat hari ini, tapi berhubung pembina ingin hadir dan beliau bisanya dua hari lagi, yah diundur deh!" Jelas Tio.

"O... Gitu, Tia ikutan isi acara nanti ya." Ajak Mario pada Tia.

"Yaaaa, kalau diajak sih." Jawab Tia sambil tersenyum simpul.

"Dah yuk! Bentar lagi waktu istirahat habis nih, kita ke kelas." Tio mengajak Tia dan Mario.

"Sip! Duluan dah, ntar aku nyusul, tanggung nih." Mario menyendok nasi pecelnya.

♥♥♥♥♥


Rapat OSIS akhirnya berjalan dengan lancar. Atas saran dari pembina OSIS Pak Benny agar mengadakan lomba yang bersipat mendidik, jangan hanya sekedar menghibur.

"Bapak usulkan diadakan lomba menyanyikan lagu perjuangan, bapak lihat banyak yang berbakat menyanyi di sekolah ini."

"Iya pak, saya sependapat dengan bapak, bagaimana dengan yang lain ada masukan, silahkan?" Tio memberi kesempatan pada peserta rapat.

"Lomba pembacaan puisi, bagus juga diadakan." Sambung Mario.

"Boleh juga pembacaan puisi." Pak Benny menyetujui ide Mario.

"Menurut saya lomba yang lain melihat situasi saja, karena kita tidak mempunyai banyak waktu dan dana juga terbatas." Pak Benny menambahkan.

"Baiklah kita fokuskan pada dua perlombaan saja, karena kita juga harus menyiapkan petugas upacara bendera." Tio memberi tambahan dari kata-kata yang disampaikan pak Benny.

"Bagaimana menurut bapak Benny?" Lanjut Tio.

"Ya begitu saja, karena lomba pembacaan puisi dan menyanyi belum pernah dilaksanakan di perayaan Hari Kemerdekaan, sedangkan lomba makan kerupuk, lari karung atau yang sejenisnya sudah terlalu sering diadakan, tahun ini kita adakan dua perlombaan saja, mengingat kondisi juga tidak memungkinkan. Untuk petugas upacara juga perlu persiapan agar hasilnya maksimal." Papar dari pak Benny.

"Baik Pak, terimakasih sudah banyak memberi masukan." Kata Tio.

Rapat OSIS menghasilkan keputusan rangkaian acara lomba-lomba yang dikuti oleh warga SMA tempat mereka bernaung. Ada lomba pembacaan puisi dan lomba menyanyikan lagu perjuangan. Juga sudah mendapatkan petugas upacara bendera 17 Agustus, yang juga petugasnya dari siswa dan siswi SMA itu sendiri.

♥♥♥♥♥


Tia sedang berada di aula sekolah. Nampak Tio sedang ikut mempersiapkan panggung untuk lomba puisi dan menyanyi. Tia memegang selembar kertas putih, sesekali dilipat lalu dibukanya lagi. Tia sedang menghapal lirik lagu perjuangan yang akan dibawakannya saat lomba nanti. Meski sebenarnya sudah hafal Tia tetap melakukannya untuk hasil terbaik. Tia tidak ingin mempermalukan dirinya apalagi mengecewakan teman-teman sekelasnya yang sudah memberi kepercayaan padanya.

Sementara Tio memperhatikan Tia dari atas panggung yang hampir selesai dan siap digunakan untuk lomba besok.

"Lama ya nunggu?" Tanya Tio mendekat pada Tia.

"Nggak kok biasa aja." Jawab Tia.

"Pulang yuk, udah selesai tuh!"

Tia menganggukan kepalanya tanda setuju. Mereka berjalan beriringan menuju halaman parkir yang sudah mulai sepi. Masih ada dua mobil milik guru dan tiga motor yang terpakir di halaman parkir sekolah.

Tia duduk diboncengan motor Tio dengan santainya.

"Langsung pulang ya?" Tanya Tio.

"Iya." Jawab Tia.

♥♥♥♥♥


Hari ini lomba pembacaan puisi dan menyanyikan lagu perjuangan di mulai. Pelajaran sekolah untuk hari ini ditiadakan. Dewan guru hadir menyaksikan lomba ini. Ada tiga orang guru yang menjadi juri sudah siap dengan penjuriannya. Siswa siswi juga hadir menyaksikan sekaligus menjadi suporter bagi wakil kelasnya yang mengikuti lomba.

Tia sudah siap dengan kostumnya berwarna putih, gaun dress panjang menutup hingga mata kaki, Tia sangat cantik. Tia sampai disekolah diantar sang kakak yang akan menuju kampusnya.

"Hai! Aku melihat bendera Jepang di gaunmu!" Suara Niko yang masih di atas motornya mengagetkan Tia.

Dengan reflek Tia memutar badannya, menutupi baju bagian rok belakang dengan tasnya. Wajah Tia merah karena malu.

"Ya Allah... Bagaimana ini?" Desah suara Tia sangat sedih.

Warna merah membekas digaun kesayangannya. Dia tidak pernah menyangka, kalau noda merah itu akan menembus gaun kesayangannya. Kostum yang akan dia gunakan untuk mengikuti lomba menyanyi dalam rangka perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Padahal dia yakin benar sudah menggunakan pembalut.

Tia maju beberapa langkah menuju gerbang sekolah, bermaksud memanggil kakaknya, tapi sayang sang kakak sudah melaju dengan motornya menjauh dari lokasi sekolahan Tia.

"Hay! Kamu masih menunggu yang lain melihat gaunmu dengan noda merah melingkar indah itu." Niko mengingatkan Tia.

"Kakakku sudah jauh, bagaimana ini? Aku harus pulang mengganti pakaianku." Suara Tia sangat sedih, airmata mengalir dipipinya.

"Udah cepat naik, aku antar kamu pulang, nggak usah nangis, masih ada waktu nih!" Niko melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Terimakasih." Tanpa berpikir panjang Tia naik motor Niko, untuk pulang berganti pakaian.

"Rumahmu dimana?"

"Jalan Angsana dua, nomor dua lima, kompleks Tiara Anugrah Permai."

Niko memacu motornya dengan cepat. Menembus keramaian dan mengambil jalan pintas untuk mempercepat sampai di rumah Tia.

"Kamu ikut lomba nyanyi ya?"

"Iya."

Niko tahu kalau Tia adalah kekasih Tio. Karena Tio dan Tia memang sering bersama-sama dan tidak pernah menutupi hubungan mereka pada siapapun.

Hanya butuh waktu sepuluh menit Tia sampai di rumahnya.

"Bentar ya aku ganti baju dulu, duduk dulu deh, aku nggak lama."

"Santai aja, masih banyak waktu kok."

Tia masuk ke kamar untuk berganti pakaian dan mengganti pembalut. Beberapa pakaian dicobanya hingga membuat pakaian menumpuk dan berantakan di tempat tidur dan lantai kamar. Tia sangat bingung. Akhirnya pilihan jatuh pada dress terusan berwarna pink. Tia cepat keluar dari kamar menemui Niko.

Niko tertegun melihat Tia, dalam hati Niko mengakui kecantikan Tia.

"Andai saja Tia belum menjadi pacar Tio, ah.... Tia kamu cantik, menyesal aku terlambat mengenalmu.." Pikir Niko.

"Hayo! Nanti aku terlambat!" Suara Tia membuyarkan lamunan Niko.

"Eh ya.. Aku Niko, kamu pasti belum tahu namaku kan?"

"Aduuuhh iya maaf aku sampai lupa tanya namamu, makasih ya sudah mau bantu aku." Suara Tia menyesal dan malu.

"Nggak apa-apa, aku tahu kamu panik."

"Kalau kau tidak membantuku entah bagaimana nasibku."

"Ah kau kan ada Tio, pasti dia akan membantumu."

"Oh, kau kenal Kak Tio ya?"

"Siapa yang tak kenal Tio, ketua OSIS dan pacarmu itu, aku saja yang nggak gaul, aku menyesal terlambat mengenalmu, oppss!! Maaf aku hanya bercanda, hehehe..."

"Bisa kau percepat motormu, aku takut terlambat."

"Baiklah."

Niko memacu motornya. Sampai di sekolah tepat waktu. Sudah beberapa kontestan yang maju menampilkan kebolehannya.

Tio gelisah belum melihat Tia. Ponsel Tia dihubungi tapi tak diangkat oleh Tia karena Tia tidak ingat dengan ponselnya akibat kepanikan dengan gaunnya yang bermasalah tadi.

"Dari mana aja sih kamu!" Suara Tio kesal. Tio melirik pada siswa yang ada di belakang Tia. Ada rasa curiga juga cemburu padanya.

"Maaf aku harus kembali pulang tadi ada masalah dengan baju yang aku kenakan."

"Belum giliran Tia kan?" Tanya Niko tiba-tiba.

Tio memandang aneh pada siswa yang tiba-tiba nimbrung itu. "Siapa dia?" Pikir Tio. "Kenapa dia sok perhatian pada Tia?" Tio sedikit merasa cemburu padanya.

"Ini Niko, tadi dia bantu aku, udah bentar lagi giliranku nih."

"Yah udah siapkan dirimu, setelah ini kamu maju Tia, sukses ya!" Tampak Tio menunjukan dua jempolnya pada Tia.

Mc kembali naik ke panggung. "Demikanlah tadi peserta dengan nomor urut tiga, kita lanjutkan pada peserta berikutnya dengan nomor urut empat..!"

Nampak Tia melangkah perlahan menaiki panggung, ada perasaan gemetar apalagi dia ingat kejadian bajunya tadi. Tia berusaha untuk tenang, ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali dengan perlahan dan menunduk memberi salam pada semua yang hadir, lalu Tia memberi kode pada pemain organ yang mengiringi lagunya.

Suara Tia lumayan bagus, cukup enak dinikmati. Sepasang Mata Bola, ciptaan Ismail Marzuki dinyanyikan dengan apiknya oleh Tia. Nampak hampir semua mata tertuju pada Tia yang sedang membawakan lagu ini dengan manisnya.

Hampir malam di Jogya
Ketika keretaku tiba
Remang remang cuaca
Terkejut aku tiba-tiba


Dua mata memandang
Seakan akan dia berkata
Lindungi aku pahlawan
Dari pada sang angkara murka


Sepasang mata bola
Dari balik jendela
Datang dari Jakarta Menuju medan perwira


Kagumku melihatnya
Sinar sang perwira rela
Hati telah terpikat
Semoga kelak kita berjumpa pula


Sepasang mata bola
Seolah-olah berkata
Pergilah pahlawanku
Jangan bimbang ragu
Bersama do’aku ...


Tepuk tangan yang meriah dari pendengar yang hadir saat itu. Tia tersenyum dan bernafas lega selesai menyanyikan lagu Sepasang Mata Bola.

Baginya menang kalah hal yang biasa yang penting dia sudah mewakili kelasnya memeriahkan dan menyelesaikan amanah dari teman-temannya.

Niko sangat ingin mendekat tapi dia memilih diam ditempat. Hanya menyaksikan dari kejauhan betapa mesranya Tio memandangTia. "Ah sial, mengapa aku ini, diakan sudah punya pacar." Niko menyesali perasaannya. Juga menyesal terlambat mengenal Tia .

"Selamat Tia, wew nggak nyangka ternyata kamu pinter nyanyi ya... Hehe..." Sinta menyambut Tia dengan sebotol air mineral..

"Hu.. Gemeteran tau, apalagi inget insiden tadi pagi!"

"Emang kenapa Tia? Aku kok nggak tahu."

"Ah pance deh!"

"Apaan sih?"

"Panjang cerita Sin."

Tia menceritakan kejadian yang menimpanya tadi pagi pada Sinta.

"Hahaha..." Sinta tertawa lucu menanggapi cerita Tia. "Tia hati-hati gaya-gayanya Tio bakal cemburu tuh!" Kata Sinta disela-sela tawanya.

"Udah ah nggak lucu!" Tia kesal.

"Terus Tio udah tahu belum?"

"Belum, ntar aja deh aku ceritain kalau udah selesai acaranya, dia masih sibuk."

"Selamat ya Tia, penampilanmu bagus, aku bangga jadi pacarmu." Tio menghampiri Tia dan Sinta.

"Cie... Udah ya aku gabung dengan mereka." Sinta berlalu meninggalkan Tio dan Tia.

"Tio dicari pak Benny tuh!" Mario memberitahu Tio.

"Duh! Maaf ya aku tinggal dulu Tia, aku kesana dulu, pak Benny memanggilku." Tio dan Mario menghampiri pak Benny.

Tia hanya mengangguk kecewa. Padahal Tia bermaksud menceritakan kejadian yang menimpanya tadi pagi.

"Sendirian ya?" Tanya Niko tiba-tiba.

"Iya nih, sepertinya acaranya hampir selesai, Kak Tio sedang dipanggil pak Benny."

"Suara kamu bagus Tia, aku yakin kamu juara deh.."

"Terimakasih, aku tidak terlalu berharap kok. Oh ya terimakasih atas bantuanmu tadi."

"Sama-sama, saling membantu itu biasa, kamu terlalu merendah, padahal kamu punya kemampuan dan berbakat."

Sementara Tio memperhatikan Tia dan Niko dari kejauhan, Tio tidak menyukai pemandangan ini. Tio merasa kesal dan cemburu. "Kenapa aku begini?" Pikir Tio.

Aku Menyesal Terlambat Mengenalmu

♥♥♥♥♥


Jujur aku merasa aneh dan lucu banget setelah selesai membuat cerita Cinta Bersemi Bersama Embun Pagi dan yang lebih aneh lagi pagi ini aku tertarik membuat kisah cinta Tia dan Tio bersambung dengan judul Aku Menyesal Terlambat Mengenalmu.

Mohom maaf bila cerita ini membuat pembaca bosan. Aku ucapkan terimakasih sudah hadir, membaca dan berkomentar. Seperti biasa mohon koreksinya karena aku sadar tulisan ini sangat tidak sempurna.

Tags: Cerpen
Judul Aku Menyesal Terlambat Mengenalmu
Author Diposting Oleh : Maya-Jeni Wap's 2016-10-14 10:17:39
Rating 3 / 5
Back to posts
Facebook Comments Plugin

Share On

 
 
MAYAJENI